Monday, March 8, 2010

Saad bin Abi Waqqas

Salah satu episode penaklukan imperium Persia yang ditulis dengan tinta emas dalam sejarah Islam adalah pertempuran Qadisiyah (Kadessia : dalam terminology Barat). Tokoh yang paling banyak berperan dalam keruntuhan salah satu kekuatan dunia terbesar pada masa itu adalah Saad bin Abi Waqqas.

Siapakah dia?. Saad bin Abi Waqqas adalah Panglima perang Islam pada saat memimpin pasukan Islam melawan melawan tentara Persia di Qadissyah. Peperangan ini merupakan salah satu peperangan terbesar umat Islam.

Ia berasal dari klan Bani Zuhrah dari suku Quraisy, dan paman Nabi Muhammad dari garis pihak ibu. Ia memiliki putera bernama Umar bin Sa’ad, pemimpin dari pasukan yang membunuh Husain bin Ali pada Peristiwa Karbala.
Saad lahir dan besar di kota Mekkah. Ia dikenal sebagai pemuda yang serius dan memiliki pemikiran yang cerdas. Sosoknya tidak terlalu tinggi namun bertubuh tegap dengan potongan rambut pendek. Orang-orang selalu membandingkannya dengan singa muda. Ia berasal dari keluarga bangsawan yang kaya raya dan sangat disayangi kedua orangtuanya, terutama ibunya. Meski berasal dari Makkah, ia sangat benci pada agamanya dan cara hidup yang dianut masyarakatnya. Ia membenci praktik penyembahan berhala yang membudaya di Makkah saat itu.

Pertempuran Qadisiyah terjadi di masa Khalifah Umar bin Khattab menjadi pemimpin kekhalifahan Islam. Kala itu, komandan pasukan muslim di al-Hira (Irak) meminta bantuan khalifah karena pasukan Persia mendekati wilayah pengamanannya dan menampilkan ancaman yang semakin kuat. Sayangnya, panglima besar kala itu Khalid bin Walid telah berangkat dalam ekspedisi ke Syiria. Khalifah pun memutuskan dirinya sendiri untuk memimpin pasukan bantuan menghadapi Persia. Namun, keinginan itu ditolak para sahabat. Akhirnya, Khalifah tetap di Madinah dan pemimpin pasukan diserahkan ke Saad bin Abi Waqqas dengan strategi yang dirancang khalifah sendiri.

Bersama 20 ribu pasukannya, ia berangkat menuju Qadasiyyah. Di antara mereka terdapat sembilan veteran perang Badar, lebih dari 300 mereka yang ikut serta dalam ikrar Riffwan di Hudaibiyyah, dan 300 di antaranya mereka yang ikut serta dalam memerdekakan Makkah bersama Rasulullah. Lalu ada 700 orang putra para sahabat, dan ribuan wanita yang ikut serta sebagai perawat dan tenaga bantuan.

Pasukan ini berkemah di Qadisiyyah di dekat Hira. Untuk melawan pasukan Muslim, pasukan Persia yang siap tepur berjumlah 12O ribu orang dibawah panglima perang kenamaan mereka, Rustum.

Sebelum memulai peperangan, atas instruksi khalifah Umar bin Khattab, Saad mengirim surat kepada kaisar Persia, Yazdagird dan Rustum, yang isinya undangan untuk masuk Islam. Delegasi Muslim yang pertama berangkat adalah An-Numan bin Muqarrin yang kemudian mendapat penghinaan dan menjadi bahan ejekan Yazdagird.
Untuk mengirim surat kepada Rustum, Sa'ad mengirim delegasi yang dipimpin Rubiy bin Aamir. Kepada Rubiy, Rustum menawarkan segala kemewahan duniawi. Namun ia tidak berpaling dari Islam dan menyatakan bahwa Allah SWT menjanjikan kemewahan lebih baik yaitu surga.

Para delegasi Muslim kembali setelah kedua pemimpin itu menolak tawaran masuk Islam. Melihat hal tersebut, air mata Sa'ad bercucuran karena ia terpaksa harus berperang yang berarti mengorbankan nyawa orang Muslim dan non Muslim.
Setelah itu, untuk beberapa hari ia terbaring sakit karena tidak kuat menanggung kepedihan jika perang harus terjadi. Sa'ad tahu pasti, bahwa peperangan ini akan menjadi peperangan yang sangat keras yang akan menumpahkan darah dan mengorbankan banyak nyawa.

Ketika tengah berpikir, Saad akhirnya tahu bahwa ia tetap harus berjuang. Karena itu, meskipun terbaring sakit, Saad segera bangkit dan menghadapi pasukannya. Di depan pasukan Muslim, Saad mengutip Alquran Surah Al-Anbiya' ayat 105 tentang bumi yang akan dipusakai oleh orang-orang shaleh seperti yang tertulis dalam kitab Zabur.
Setelah itu, Saad berganti pakaian kemudian menunaikan sholat Dzuhur bersama pasukannya. Setelah itu dengan membaca takbir, Saad bersama pasukan Muslim memulai peperangan. Selama empat hari, peperangan berlangsung tanpa henti dan menimbulkan korban dua ribu Muslim dan sepuluh ribu orang Persia. Peperangan Qadisiyyah merupakan salah satu peperangan terbesar dalam sejarah dunia. Pasukan Muslim memenangi peperangan itu.

Sepeninggal Khalifah Umar bin Khattab, Saad tetap memimpin di kufah atas perintah Khalifah Usman. Ia baru mengundurkan diri ketika tampuk kekuasaan dipegang oleh Khalifah Ali dan menghabiskan hari tuanya di kota Akik hingga ajal menjemputnya pada 670 M. Pahlawan besar itu wafat pada usia 70 tahun dan dimakamkan di Madinah. Menjelang wafatnya, Saad berwasiat kepada puteranya agar mengafaninya dengan jubah yang ia gunakan dalam perang. “Kafani aku dengan jubah ini karena aku ingin bertemu Allah SWT dalam pakaian ini”, ujarnya.*(dikutip dari berbagai sumber”)

0 comments:

Post a Comment

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template